Cinta, indah dirasa namun siapakah yang bisa mendefinisikannya? Cinta
adalah anugerah, cinta adalah perjuangan, cinta adalah hidup, cinta
adalah api, cinta adalah ikatan suci, cinta adalah sandiwara hati, dan
segudang kata lainnya yang biasa digunakan untuk menerjemahkan cinta
dalam uraian kalimat. Cinta, satu kata yang sarat akan misteri yang tak
terpecahkan oleh kedahsyatan logika. Kekuatan cinta dahsyat manakala
sudah merasuk dan menancapkan panah-panahnya di ruang terdalam manusia.
Cinta memiliki energi yang luar biasa, yang jika telah menetes di
segumpal daging dalam dada manusia akan memberikan kekuatan yang luar
biasa. Cinta mampu membentuk jiwa heroik dari seorang manusia yang super
pengecut. Sebaliknya, cinta pun mampu meluluhlantahkan angkara murka
dan keangkuhan yang keras membaja. Banyak manusia yang terangkat
derajatnya karena cinta. Namun tak sedikit pula manusia yang akhirnya
berhasil dipecundangi oleh cinta.
Kehidupan, kematian dan cinta adalah tiga serangkai yang saling
berkait satu sama lain. Kehidupan membutuhkan rasa cinta agar terwujud
ketenteraman. Kematian pun membutuhkan cinta yang dapat menjadi bekal
untuk bertemu kepada Sang Pemilik Cinta yang hakiki. Kematian akan
menjadi penilai derajat cinta yang senantiasa dipuja-puja dalam
kehidupan.
Siapapun bisa jatuh cinta. Betapapun angkuh dan melimpahnya harta
seseorang, bertekuk lutut pulalah ia manakala cinta datang menyapa.
Betapapun lemah dan miskinnya seseorang, pun tak mampu menghindar dari
dahsyatnya kekuatan cinta yang menjalar.
Cinta, bisa membuka mata namun juga sering kali membutakan para
pecinta yang salah dalam meletakkan rasa cinta itu sendiri baik tempat,
waktu, kadar ataupun levelnya.
Jika dipandang melalui kacamata Islam, paling tidak ada tiga macam
cinta yang terbagi dalam tiga derajat. Derajat cinta menjadi syarat yang
sangat menentukan manakala seorang manusia hendak mengapresiasikan rasa
cinta dalam kehidupannya. Kadar dan level atau derajat cinta yang telah
tersusun dengan sempurna ini hendaknya tidak diputar balikkan, bila
tidak maka keberkahan cinta pun niscaya akan hilang. Cinta hanyalah
menjadi luapan nafsu duniawi yang tidak bernilai apa-apa di hadapan Yang
Memiliki Cinta, Allah Azza Wa Jalla. Bahkan pengapresiasian rasa cinta
yang tumpang tindih sangat boleh jadi mengundang kemurkaan Allah swt,
karena cinta semacam inilah yang akhirnya berpotensi sangat besar untuk
mendatangkan kemaksiatan.
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari
berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik” QS. At Taubah (9) : 24
Merujuk pada Kalamullah di atas, maka derajat cinta dapat dikategorikan menjadi tiga macam.
Derajat Cinta Tertinggi
Derajat cinta yang menempati level pertama atau tertinggi adalah
Cinta kepada Allah swt. Cinta kepada Allah swt ini tidak bisa dicurahkan
dengan seenak hati, melainkan memiliki tata cara yang wajib untuk
dikerjakan. Pengapresiasian rasa cinta kepada Allah swt dapat dilihat di
dalam Kitabullah Al Quran, di sana terdapat berbagai cara untuk
menunjukkan dan membuktikan rasa cinta kepada Allah swt.
Kemudian dalam perjalanannya, untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman, keraguan, ketidak jelasan dan sebagainya, maka segala
sesuatunya harus dikerjakan berdasarkan petunjuk dari Rasulullah swt.
Hal ini didasarkan kepada beberapa Kalamullah berikut:
“Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS. Al Imraan (3) : 31
Kesalahan dalam menerapkan pembuktian rasa cinta kepada Allah swt
(yang tidak sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw), justru
akan menghindarkan seorang pecinta dari Cintanya, Allah Azza Wa Jalla.
Oleh karena itu, menuntut ilmu untuk mencari langkah yang benar dalam
menjalankan cinta tertinggi menjadi menu wajib bagi setiap manusia
khususnya umat muslim.
Sabda Rasulullah saw, “Barang siapa mengerjakan amal perbuatan tanpa dasar perintah Kami maka ia tertolak”. HR. Muslim
Intinya, cinta kepada Allah swt dan Rasulullah saw merupakan rasa
cinta yang memiliki derajat tertinggi yang harus dibuktikan dengan hati,
lisan, dan amal perbuatan sebagaimana tujuan utama diciptakannya
manusia adalah untuk beribadah, mengabdi, atau berjihad hanya kepada
Allah swt.
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS. Adz Dzariyaat:56
Setiap rasa cinta pastilah membutuhkan pembuktian, dan pembuktian dari cinta kepada Allah swt adalah dengan Jihad Fii Sabilillah.
Derajat Cinta Menengah
Posisi selanjutnya ditempati oleh cinta terhadap segala sesuatu
ciptaan Allah swt, seperti orang tua, keluarga, suami/istri, kerabat,
sahabat, sesama manusia, harta benda, pekerjaan/jabatan. Cinta semacam
inilah yang menempati derajat menengah. Cinta semcam inilah yang
menimbulkan adanya ikatan batin, kasih sayang dan saling membutuhkan
antar sesama manusia sehingga terciptalah satu kehidupan keluarga atau
masyarakat yang tenteram.
Rasa cinta terhadap harta benda dan pekerjaan/jabatan yang
sewajarnya, tidak membabi buta, melainkan dengan kesadaran dan tujuan
guna menjadikannya sebagai media untuk memperoleh harta dan derajat
ukhrawi yang lebih mulia di hadapan Allah swt.
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.“ QS. Al A’la (87) : 17
Derajat Cinta Terendah
Cinta semacam inilah yang sering kali mencoreng fitrah dari rasa
cinta itu sendiri. Cinta dengan derajat cinta terendah ini mengarah
kepada rasa cinta yang senantiasa mengedepankan segala sesuatu selain
kepada Allah swt dan Rasul-Nya beserta jihad fii sabilillah. Cinta kepada selain Allah swt, Rasulullah saw dan jihad fii sabilillah secara berlebihan sehingga sering kali melupakan atau bahkan menghilangkan rasa cinta kepada Allah swt.
Banyak manusia yang dibutakan oleh cinta terendah semacam ini. Ia
memutar balikkan posisi dan kadar derajat cinta terendah dengan cinta
tertinggi. Berawal dari cinta terendah inilah maka berbagai kemaksiatan
kepada Allah swt pada akhirnya menjamur. Kecintaan orangtua, keluarga,
suami/istri, kerabat yang akhirnya mengesampingkan perintah dan larangan
Allah swt. Kecintaan terhadap lawan jenis yang akhirnya sering kali
membuat para pecinta menerobos lingkaran setan dan melepaskan segala
atribut ketakwaan. Kecintaan terhadap harta benda dan jabatan yang tidak
sedikit menjadikan para pecintanya menjadi sosok yang tamak dan senang
memakan bangkai saudaranya sendiri.
Cinta, datang dan perginya tidak dapat diprediksi. Bijaksananya,
manakala ia menghampiri dan menyapa pada kita, perlakukanlah ia
sebagaimana hak yang terdapat padanya (sesuai dengan derajat dan
porsinya)
“Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS. Al Imraan (3) : 31
Sampaikanlah Walau Satu Ayat....!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar