Rabu, 26 Oktober 2011

Pemalu Tanda Fobia Sosial

REMAJA Anda sering takut bertemu orang baru, pergi ke sekolah, atau bergabung dengan teman-temannya. Mungkin dia mengalami fobia sosial. Jika tidak diatasi, maka bisa mengganggu perkembangan sosialnya.

Banyak anak-anak yang memiliki sifat pemalu atau mengalami masa “canggung” saat remaja. Hal itu ternyata tidak hanya karena rasa takut berhadapan di lingkungan pergaulan.

Menurut studi terbaru National Institute of Mental Health, remaja yang menyebut diri mereka “pemalu” sebenarnya menderita yang namanya fobia sosial. Beberapa pakar, bagaimanapun, masih ragu-ragu untuk mengklasifikasikan fobia sosial sebagai gangguan mental.

Hal ini menunjukkan bahwa “mengobati” rasa malu yang normal dan menyebabkan perawatan yang berlebihan kepada remaja pada masa lalu, hanya merujuk pada seseorang yang dianggap tertutup atau introvert.

Setelah melakukan survei lebih dari 10.000 anak-anak antara usia 13 dan 18 tahun, serta 6.000 orangtua mereka, disimpulkan bahwa fobia sosial sebenarnya merupakan gangguan psikologis yang melemahkan jiwa anak dan dapat memengaruhi sekira satu dari sepuluh anak-anak “pemalu”.

“Remaja diminta untuk menilai rasa malu mereka di sekitar orang-orang seusia yang mereka tidak kenal dengan sangat baik pada skala empat sampai satu. Sementara, orangtua diminta untuk menilai anak mereka pada pertanyaan yang sama,” kata Kathleen Merikangas, penulis studi pendamping dan kepala bagian Genetic Epidemiology Research Branch di National Institute of Mental Health.

Rasa malu sangat umum di kalangan mereka yang disurvei, yakni sekira 47 persen dari anak-anak yang melaporkan bahwa mereka pemalu dan 62 persen orangtua yang melaporkan anak mereka pemalu.

Para peneliti menemukan bahwa dalam subset kecil dari mereka yang mengaku pemalu, rasa malu itu hanya salah satu gejala dari masalah psikologis yang lebih besar, yaitu fobia sosial.

“Rasa malu adalah sifat temperamental yang memiliki perbedaan pada tiap tahap perkembangan (anak-anak dan remaja). Orang-orang pemalu tidak selalu terganggu oleh sifat alamiah manusia yang sudah ada,” ujar Merikangas seperti dikutip dari ABC News Medical Unit.

“Meskipun fobia sosial dapat dianggap sebagai bentuk ekstrem dari rasa malu,tidak ada tumpang tindih yang lengkap,” ujarnya.

Merikangas mengatakan, tidak seperti mereka yang hanya pemalu, orang-orang dengan fobia sosial dilemahkan oleh rasa takut saat berinteraksi sosial, gangguan dalam kemampuan mereka untuk mengerjakan tugas sekolah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial serta hubungan keluarga.

Mereka sering mengalami reaksi kecemasan yang berat selama menjalani interaksi sosial, termasuk muka memerah, berkeringat, jantung berdebar kencang, dan gemetar.

“Orang dengan fobia sosial melaporkan reaksi yang dirasakannya sungguh berlebihan dan tidak masuk akal. Dan, mereka merasa menderita karena tidak bisa meredakan reaksi ketakutan dan kekhawatiran ekstrem,” katanya.

Mereka yang mengalami fobia sosial juga lebih mungkin mengalami masalah psikologis lain, seperti kecemasan berlebihan, depresi, gangguan perilaku, dan penyalahgunaan narkoba.

Namun, mereka tidak suka jika harus menjalani pengobatan psikiatris. Akibatnya, para remaja dengan gangguan tersebut tidak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

“Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas orang muda dengan fobia sosial tidak menerima pengobatan yang efektif dan tepat,” kata Dr David Fassler, profesor klinis psikiatri di University of Vermont College of Medicine.

Bagaimana mengidentifikasi fobia sosial? Dan, kapan rasa canggung terhadap lingkungan sosial dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan?

“Meskipun peneliti berpendapat bahwa fobia sosial adalah gangguan kejiwaan yang agak terpisah dari rasa malu yang normal, dua kepribadian ini berada pada spektrum yang sama,” sebut Dr Mark Reinecke, Kepala Bidang Psikolog di Northwestern Memorial Hospital.



Sampaikanlah Walau Satu Ayat....!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar